ABSTRAKSI
YUNI KRISTIANA SARI (21209738)
ANALISIS TINGKAT LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN AKTIVITAS PADA PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk.
PI, Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2012.
Kata Kunci : Current Rasio, Quick Rasio, Cash Rasio, Debt to Equity Rasio, Debt to Total Assets, Jangka waktu persediaan, perputaran persediaan, dan Putaran Piutang
(xi+ 64 + lampiran)
Berkembangnya kehidupan perbankan di Indonesia ternyata tidak menjamin keseluruhan perusahaan yang beroperasi tersebut mempunyai dampak yang positif bagi perekonomian bangsa. Hal ini dapat terjadi karena sistem kinerja yang mudah sekali untuk dipengaruhi, sehingga akhirnya banyak perusahaan yang mengalami masalah mengenai tingkat keefieiensinya perusahaan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas periode 2007-2011.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis mengambil kesimpulan dilihat dari tingkat likuiditasnya yaitu perusahaan mengalami kesulitan dalam mengembalikan kewajiban-kewajiban finansialnya yang harus segera dibayar. Karena perusahaan belum dapat mencapai persentasi yang ideal.
Dilihat dari solvabilitas dari data triwulan yang berakhir dibulan Desember tahun 2007 sampai dengan data triwulan dibulan Desember tahun 2011 perusahaan mengalami sedikit penurunan, dikarenakan modal sendiri mengalami penurunan disetiap bulan Desember tiap tahunnya, sehingga persentasi untuk meminjam dana kepada kreditur semakin meningkat. Perusahan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk merupakan perusahaan solvabel likuid, artinya perusahaan ini dapat memenuhi kewajiban jangka panjang dan dapat memenuhi kewajiban jangka pendek.
Dilihat dari tingkat aktivitas pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, untuk mempunyai kemampuan modal yang bertanam atau diinvestasikan untuk menghasilkan laba sedikit cukup baik persediaan meningkat setiap tahunnya dan penagihan piutang berjalan efektif.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk adalah Suatu Badan Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang jasa Telekomunikasi. PT TELKOM menyediakan sarana dan jasa layanan Telekomunikasi dan informasi kepada masyarakat luas sampai kepelosok daerah di seluruh Indonesia. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mengklaim sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia dengan jumlah pelanggan telepon tetap sebanyak 15 juta dan pelanggan telepon seluler sebanyak 50 juta. Presiden direktur PT TELKOM saat ini adalah Rinaldi Firmansyah yang menggantikan Arwin Rasyid pada 28 Februari 2007.
Sejarah PT. TELKOM di Indonesia pertama kali berawal dari sebuah badan usaha swasta penyediaan layanan pos dan telegrap yang didirikan kolonial Belanda pada tahun 1882. Pada tahun 1905 pemerintah kolonial Belanda mendirikan perusahaan Telekomunikasi sebanyak tiga puluh delapan perusahaan. Kemudian Pada tahun 1906 pemerintah Hindia Belanda membentuk suatu jawatan Pos, Telegrap dan Telepon (Post,Telegraph end Telephone Dienst/ PTT. PT TELKOM merupakan salah satu BUMN yang sahamnya saat ini dimiliki oleh pemerintah Indonesia (51,19%) dan oleh public sebesar 48.81%. sebagian besar kepemilikan saham public (45,58) dimiliki oleh investor asing, dan sisanya (3,23%) oleh investor dalam negeri. PT TELKOM juga menjadi pemegang saham mayoritas di 9 anak perusahaan, termasuk PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel).
Laporan keuangan ini disusun dengan maksud untuk memberikan informasi tentang hasil usaha, posisi financial dan berbagai factor yang menyebabkan terjadinya perubahan posisi financial kepada pihak yang berkepentingan dengan perkembangan perubahan usaha seperti berikut ini :
ü Para pemilik
ü Direksi atau manajemen dalam perusahaan
ü Para kreditur perusahaan
Pada umumnya laporan keuangan terdiri dari beberapa point yaitu,neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan modal. Dengan menganalisis pos-pos neraca secara satu persatu kita akan dapat mengetahui gambaran atau posisi keuangan saat itu, sedangkan menganalisis laporan laba rugi kita dapat mengetahui perkembangan perusahaan tersebut, serta menganalisis laporan perubahan modal kita dapat mengetahui perubahan-perubahan modal yang terjadi diperusahaan tersebut.
Perusahaan juga menganalisa terhadap laporan keuangan setiap tahunnya untuk mengetahui posisi keuangan terhadap hasil-hasil yang diperoleh perusahaan. Dengan menganalisa laporan keuangan tersebut kita dapat menentukan tingkat likuiditas yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek dan solvabilitas yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya dalam waktu jangka panjang dan tepat waktu, keefektifanoperasi serta keuntungan suatu perusahaan(profitability perusahaan).
Jadi melalui laporan keuangan akan dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek, struktur modal, distribusi aktivanya,keefektifan pengguna aktivanya, pendapatan yang telah dicapai oleh perusahaan, dan beban-beban yang harus dibayar.
Atas dasar pemikiran tersebut saya mencoba menguraikan masalah-masalah dalam penulisan ilmiah yang berjudul “ Analisis Rasio Likuiditas, Solvabilitas, dan Aktivitas pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk “.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalahnya yaitu “ Bagaimanakah efektivitas dan efisiensi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dengan menggunakan rasio likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas ?“.
1.3 Batasan Masalah
Penulis membatasi masalah analisis efektivitas dan efesiensi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dengan menggunakan perhitungan rasio likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas terhadap laporan keuangan pada periode 2007 sampai dengan periode 2011. Dan menggunakan perhitungan Current Rasio, Quick rasio, Cash Rasio, Debt to Equity Ratio, Debt to Total Assets, ROA (return on asset), ROE (return on equity), perhitungan perputaran persediaan, dan perhitungan jangka waktu persediaan.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besarnya analisa tingkat likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk terhadap efektifitas dan efisiensinya yang terjadi diperusahaan tersebut.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Manfaat akademis
a. Untuk memberikan gambaran bagaimana menganalisis lappran keuangan dalam menghasilkan informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak\yang kepentingan.
b. memberikan gambaran jenis laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan.
2. Manfaat praktis
a. Memberikan informasi pada calon investor tentang kemampuan keuangan perusahaan.
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengambil sebuah keputusan.
PEMBAHASAN
4.1 Data dan Objek Penelitian
Dalam penulisan ilmiah ini, penulis akan mengadakan penelitian di PT Telekomunikasi Indonesia Tbk yang merupakan Suatu Badan Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang jasa Telekomunikasi. PT TELKOM menyediakan sarana dan jasa layanan Telekomunikasi dan informasi kepada masyarakat luas sampai kepelosok daerah di seluruh Indonesia. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mengklaim sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia dengan jumlah pelanggan telepon tetap sebanyak 15 juta dan pelanggan telepon seluler sebanyak 50 juta. Presiden direktur PT TELKOM saat ini adalah Rinaldi Firmansyah yang menggantikan Arwin Rasyid pada 28 Februari 2007.
Sejarah PT. TELKOM di Indonesia pertama kali berawal dari sebuah badan usaha swasta penyediaan layanan pos dan telegrap yang didirikan kolonial Belanda pada tahun 1882. Pada tahun 1905 pemerintah kolonial Belanda mendirikan perusahaan Telekomunikasi sebanyak tiga puluh delapan perusahaan. Kemudian Pada tahun 1906 pemerintah Hindia Belanda membentuk suatu jawatan Pos, Telegrap dan Telepon (Post,Telegraph end Telephone Dienst/ PTT. PT TELKOM merupakan salah satu BUMN yang sahamnya saat ini dimiliki oleh pemerintah Indonesia (51,19%) dan oleh public sebesar 48.81%. sebagian besar kepemilikan saham public (45,58) dimiliki oleh investor asing, dan sisanya (3,23%) oleh investor dalam negeri. PT TELKOM juga menjadi pemegang saham mayoritas di 9 anak perusahaan, termasuk PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel).
Dalam penulisan ilmiah ini penulis menggunakan data berupa laporan keuangan PT TELKOM Tbk yang diperoleh dari wab google dan situs PT Telekomunikasi Indonesia yang terdiri dari laporan neraca dan laporan laba rugi untuk periode 2007 sampai periode 2011.
Berikut ini susunan laporan neraca dan laporan laba rugi perusahaan PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk periode 2007 sampai 2011.
Tabel 4.1
LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN PT.TELEKOMUNIKASI INDONESIA,Tbk
(dalam miliar rupiah)
Tahun yang berakhir 31 Desember
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
| |
Jumlah asset lancer
|
15.978
|
14.622
|
16.095
|
18.729
|
21.258
|
Jumlah asset tidak lancar
|
66.078
|
76.634
|
81.836
|
81.772
|
81.796
|
Jumlah asset
|
82.056
|
91.256
|
97.931
|
100.501
|
103.054
|
Jumlah liabilitas jangka pendek
|
21.018
|
27.218
|
26.892
|
20.473
|
22.189
|
Jumlah liabilitas jangka panjang
|
18.441
|
20.444
|
21.544
|
23.613
|
19.884
|
Jumlah liabilitas
|
39.459
|
47.662
|
48.436
|
44.086
|
42.073
|
Ekuitas yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk
|
33.292
|
33.910
|
38.562
|
44.419
|
47.510
|
Kepentingan nonpengendali
|
9.305
|
9.684
|
10.933
|
11.996
|
13.471
|
Modal kerja bersih
|
(5.040)
|
(12.596)
|
(10.797)
|
(1.774)
|
(931)
|
Sumber : laporan tahunan PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk.2011.
Tabel 4.2
LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF KONSOLIDASIAN PT.TELEKOMUNIKASI INDONESIA,Tbk
(Dalam miliaran rupiah,kecuali untuk laba perlembar dan laba perADS)
Tahun yang berakhir 31 Desember
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
| |
Jumlah pendapatan
|
63.303
|
64.974
|
68.220
|
69.177
|
71.918
|
Jumlah beban
|
36.392
|
43.606
|
44.139
|
46.254
|
49.970
|
EBITDA disesuaikan
|
37.521
|
33.700
|
38.056
|
37.535
|
36.811
|
LABA
|
26.911
|
21.368
|
24.081
|
22.923
|
21.948
|
Jumlah biaya pendanaan-bersih
|
(1.042)
|
(969)
|
(1.634)
|
(1.507)
|
(1.091)
|
LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN
|
25.869
|
20.399
|
22.447
|
21.416
|
20.857
|
(beban) manfaat pajak penghasilan
|
(8.051)
|
(5.674)
|
(6.404)
|
(5.546)
|
(5.387)
|
LABA TAHUN BERJALAN
|
17.854
|
14.725
|
16.043
|
15.870
|
15.470
|
Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada :
| |||||
Pemilik entitas induk
|
13.043
|
10.672
|
11.399
|
11.537
|
10.965
|
Kepentingan nonpengendalian
|
4.811
|
4.053
|
4.644
|
4.333
|
4.505
|
17.854
|
14.725
|
16.043
|
15.870
|
15.470
| |
Laba bersih persaham
|
653,40
|
540,38
|
579,52
|
586,54
|
559,67
|
Laba bersih per ADS(40 saham seri B per ADS)
|
26.135,70
|
21.615,20
|
23.180,80
|
23.461,60
|
22.386,80
|
Sumber : laporan tahunan PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk.2011
Tabel 4.3
LAPORAN PENGELUARAN MODAL PT.TELEKOMUNIKASI INDONESIA,Tbk
(Dalam miliaran rupiah)
Tahun yang berakhir 31 Desember
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
| |
Telkom
|
3.508
|
6.087
|
5.652
|
3.623
|
4.202
|
Telkomsel
|
12.132
|
15.915
|
12.673
|
8.197
|
8.472
|
Anak perusahaan lainnya
|
140
|
243
|
836
|
831
|
1.929
|
Jumlah
|
15.780
|
22.245
|
19.161
|
12.651
|
14.603
|
Sumber : laporan tahunan PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk.2011
Tabel 4.4
LAPORAN RASIO KEUANGAN DAN OPERASI KONSOLIDASIAN PT.TELEKOMUNIKASI INDONESIA,Tbk
Tahun yang berakhir 31 Desember
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
| |
Laba per jumlah asset (ROA) (%)
|
15,9
|
11,7
|
11,6
|
11,5
|
10,6
|
Laba per ekuitas (ROE) (%)
|
39,2
|
31,5
|
29,6
|
26,0
|
23,1
|
Rasio lancar (%)
|
76,0
|
53,7
|
59,9
|
91,5
|
95,8
|
Jumlah liabilitas per jumlah asset (%)
|
48,1
|
52,2
|
49,5
|
43,9
|
40,8
|
Jumlah liabilitas per ekuitas (%)
|
118,5
|
140,6
|
125,6
|
99,3
|
88,6
|
Marjin usaha (%)
|
42,5
|
32,9
|
35,3
|
33,1
|
30,5
|
Rata-rata periode kolektibilitas piutang (hari)
|
19,4
|
19,7
|
19,8
|
22,9
|
24,9
|
Marjin EBITDA disesuaikan (%)
|
59,3
|
51,9
|
55,8
|
54,3
|
51,2
|
Marjin laba (%)
|
20,6
|
16,4
|
16,7
|
16,7
|
15,2
|
Utang per ekuitas (%)
|
47,4
|
58,2
|
56,7
|
48,2
|
36,5
|
Utang per EBITDA disesuaikan (%)
|
42,0
|
58,6
|
57,5
|
57,0
|
47,2
|
EBITDA disesuaikan per beban bunga (kali)
|
24,0
|
20,5
|
18,2
|
19,5
|
22,5
|
EBITDA disesuaikan per liabilitas bersih (%)
|
686,1
|
268,8
|
278,4
|
316,0
|
499,6
|
RASIO PRODUKTIVITAS :
| |||||
Total pendapatan usaha per karyawan (Rp miliar)
|
1,9
|
2,2
|
2,4
|
2,6
|
2,8
|
LIS per karyawan (sst)
|
593,4
|
853,7
|
1.015,6
|
1.252,0
|
1.154,7
|
Sumber : laporan tahunan PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk.2011
Tabel 4.5
LAPORAN REKONSILIASI LABA TERHADAP EBITDA DISESUAIKAN PT.TELEKOMUNIKASI INDONESIA,Tbk
(Dalam miliaran rupiah)
Tahun yang berakhir 31 Desember
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
| |
Laba
|
26.911
|
21.368
|
24.081
|
22.923
|
21.948
|
Tambah :
| |||||
Penyusutan
|
9.440
|
11.070
|
12.566
|
13.085
|
13.701
|
Amortisasi
|
1.170
|
1.262
|
1.409
|
1.527
|
599
|
Rugi penurunan nilai
|
-
|
-
|
-
|
-
|
563
|
EBITDA disesuaikan
|
37.521
|
33.700
|
38.056
|
37.535
|
36.811
|
4.2 Hasil Penelitian dan pembahasan
Dalam setiap perusahaan, modal kerja memegang peranan yang penting karena merupakan urat nadi dari kegiatan perusahaan. Dengan demikian modal kerja harus dikelola secara efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
Modal kerja yang besar bila ditinjau dari segi likuiditas adalah baik, sebab dengan besarnya uang kas yang tersedia berarti semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financial yang harus segera dipenuhi. Tetapiu bila ditinjau darisegi rentabilitas, jumlah uang yang terlalu besaradalah tidak baik sebabakan semakin besar pula jumlah uang yang menganggur sehingga akan memperkecil rentabilitas.
Modal kerja yang cukup akan dapat menjamin kontinuitas produksi sehingga memungkinkan perusahaan berjalan dengan lancer dan tidak mengalami kesulitan financial. Berikut ini akan diuraikan analisis modal kerja pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk untuk mengetahui keadaan modal kerjanya.
CURRENT RATIO = AKTIVA LANCAR / UTANG LANCAR
LAPORAN TRIWULAN TAHUN 2007 CURRENT RATIO
PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk
(Dinyatakan dalam jutaan rupiah)
KETERANGAN
|
2007
| |||
I
|
II
|
III
|
IV
| |
Aktiva lancar
|
Rp. 20.625.059
|
Rp. 24.685.750
|
Rp. 20.766.914
|
Rp. 22.999.263
|
utang lancar
|
Rp. 19.152.832
|
Rp. 16.100.865
|
Rp. 16.794.988
|
Rp. 18.964.896
|
current ratio (%)
|
1,08 %
|
1,53 %
|
1,24 %
|
1,21 %
|
Rasio lancar dihitung dengan cara membandingkan aktiva lancar dengan utang lancar dari data keuangan triwulan pada PT Telekomunikasi Indonesia. Tahun 2007 pada bulan januari sampai maret rasio lancar sebesar 1,08 % menujukkan setiap utang lancar Rp. 1,- dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp. 0,0108,- . Pada bulan April sampai Juni mengalami peningkatan rasio lancar menjadi 1,53 % menunjukkan setiap utang lancar Rp. 1,- dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp. 0,0153,- . Pada bulan Juli sampai September mengalami trend penurunan menjadi 1,24 % menunjukkan setiap utang lancar Rp. 1,- dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp. 0,0124,- . Pada bulan Oktober sampai Desember mengalami trend pernurunan 1,21 % dijamin dengan aktiva lancar 0,0121,- . Walaupun mengalami trend penurunan pada triwulan yang berakhir dibulan Desember tetapi perusahaan tidak mengalami likuid dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, sebab nilai rasionya kurang dari 200 %, tetapi itu juga penilaian berdasarkan pedoman yang tidak baku, karena banyak perusahaan-perusahaan yang sehat mempunyai rasio lancar kurang dari 200 %.
Rasio ini tidak likuid akibat kas tidak meningkat padahal penjualan meningkat tetapi diikuti dengan biaya yang besar, utang semakin meningkat sehingga aktiva lancar menjadi lebih kecil dari utang lancar.
LAPORAN TRIWULAN TAHUN 2007 QUICK RATIO
PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk
(Dinyatakan dalam jutaan rupiah)
KETERANGAN
|
2007
| |||
I
|
II
|
III
|
IV
| |
Kas
|
Rp. 32.354
|
Rp. 31.795
|
Rp. 35.895
|
Rp. 9.538
|
Efek
|
Rp. 1.387
|
Rp. 1.394
|
Rp. 1.398
|
Rp. 1.402
|
Piutang
|
Rp. 11.275.831
|
Rp. 12.125.045
|
Rp. 11.588.055
|
Rp. 11.184.920
|
utang lancar
|
Rp. 19.152.832
|
Rp. 16.100.865
|
Rp. 16.794.988
|
Rp. 18.964.896
|
quick ratio(%)
|
0,59 %
|
0,76 %
|
0,69 %
|
0,59 %
|
Rasio ini dihitung dengan cara membandingkan kas, efek, dan piutang dengan utang lancar dari data triwulan yang berakhir dibulan Maret sampai data triwulan yang berakhir dibulan Desember tahun 2007 pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Pada data triwulan pertama yang berakhir dibulan Maret sebesar 0,59 % yang menunjukkan bahwa setiap utang lancar Rp. 1,- dapat dijamin dengan kas ditambah efek ditambah piutang sebesar Rp.0,0059,-. Pada triwulan yang berakhir dibulan juni mengalami peningkatan sebesar 0,76 % yang menunjukkan setiap utang lancar Rp. 1,- dapat dijamin dengan kas ditambah efek ditambah piutang sebesar Rp. 0,0076,-. Pada triwulan yang berakhir dibulan september mengalami penurunan sebesar 0,69 % yang menunjukkan setiap utang lancar Rp. 1,- dapat dijamin dengan kas ditambah efek ditambah piutang sebesar Rp. 0,0069,-. Pada triwulan yang berakhir dibulan Desember mengalami penurunan sebesar 0,59 % yang menunjukkan setiap utang lancar Rp. 1,- dapat dijamin dengan kas ditambah efek ditambah piutang sebesar Rp. 0,0059,-. Secara umum rasio kas ditambah efek ditambah piutang atas utang lancar pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mengalami likuid, karena terjadi penurunan di triwulan yang berakhir dibulan Desember tahun 2007. Rasio ini likuid akibat piutang meningkat.
CASH RATIO = KAS + EFEK / UTANG LANCAR
LAPORAN TRIWULAN TAHUN 2007 CASH RATIO
PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk
(Dinyatakan dalam jutaan rupiah)
KETERANGAN
|
2007
| |||
I
|
II
|
III
|
IV
| |
Kas
|
Rp. 32.354
|
Rp. 31.795
|
Rp. 35.895
|
Rp. 9.538
|
Efek
|
Rp. 1.387
|
Rp. 1.394
|
Rp. 1.398
|
Rp. 1.402
|
utang lancer
|
Rp. 19.152.832
|
Rp. 16.100.865
|
Rp. 16.794.988
|
Rp. 18.964.896
|
cash ratio (%)
|
(1,76) %
|
(2,06) %
|
(2,22) %
|
(5,77) %
|
Rasio ini dihitung dengan cara membandingkan kas, efek, dan piutang dengan utang lancar dari data triwulan yang berakhir dibulan Maret sampai data triwulan yang berakhir dibulan Desember tahun 2007 pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Pada data triwulan pertama yang berakhir dibulan Maret mengalami devisit sebesar (1,76) % yang menunjukkan bahwa setiap utang lancar Rp. 1,- dapat dijamin dengan kas ditambah efek ditambah piutang sebesar Rp.0,0176,-. Pada triwulan yang berakhir dibulan juni mengalami peningkatan devisit sebesar (2,06) % yang menunjukkan setiap utang lancar Rp. 1,- dapat dijamin dengan kas ditambah efek ditambah piutang sebesar Rp. 0,0206,-. Pada triwulan yang berakhir dibulan September mengalami peningkatan devisit sebesar (2,22) % yang menunjukkan setiap utang lancar Rp. 1,- dapat dijamin dengan kas ditambah efek ditambah piutang sebesar Rp. 0,0222,-. Pada triwulan yang berakhir dibulan Desember mengalami penurunan sebesar (5,77) % yang menunjukkan setiap utang lancar Rp. 1,- dapat dijamin dengan kas ditambah efek ditambah piutang sebesar Rp. 0,0577,-. Secara umum rasio kas ditambah efek ditambah piutang atas utang lancar pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mengalami likuid, karena terjadi penurunan di triwulan yang berakhir dibulan Desember tahun 2007. Rasio ini likuid akibat piutang meningkat.
DEBT TO EQUITY RATIO = (Total Hutang / Modal Sendiri) * 100 %
LAPORAN TRIWULAN TAHUN 2007 DEBT TO EQUITY RATIO
PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk
(Dinyatakan dalam jutaan rupiah)
KETERANGAN
|
2007
| |||
I
|
II
|
III
|
IV
| |
total hutang
|
Rp. 7.210.171
|
Rp. 5.697.374
|
Rp. 5.924.573
|
Rp. 6.904.934
|
modal sendiri
|
Rp. 5.040.000
|
Rp. 5.040.000
|
Rp. 5.040.000
|
Rp. 5.040.000
|
debt to equity ratio
|
1,43 %
|
1,13 %
|
1,18 %
|
1,37 %
|
Rasio total hutang dengan modal sendiri pada data triwulan yang berakhir dibulan Maret sampai triwulan yang berakhir dibulan Desember tahun 2007. Pada data triwulan pertama yang berakhir dibulan Maret sebesar 1,43 % artinya setiap Rp. 1,- modal sendiri dapat dijamin oleh total hutang sebesar Rp. 0,0143,-. Pada triwulan yang berakhir dibulan Juni mengalami penurunan sebesar 1,13 % artinya setiap Rp. 1,- modal sendiri dapat dijamin oleh total hutang sebesar Rp. 0,0113,-. Pada triwulan yang berakhir dibulan September mengalami peningkatan sebesar 1,18 % artinya setiap Rp. 1,- modal sendiri dijamin oleh total hutang sebesar Rp. 0,0118,-. Pada triwulan yang berakhir dibulan Desember mengalami peningkatan sebesar 1,37 % artinya modal sendiri dijamin oleh total hutang sebesar Rp. 0,0137,-. Secara umum total hutang dibagi modal sendiri pada PT.TELKOM perusahaan mengalami likuid,karena rasionya kurang dari 200 %. Meskipun ditriwulan yang berakhir dibulan Desember tahun 2007 mengalami peningkatan tetapi perusahaan mengalami likuid.
LAPORAN TRIWULAN TAHUN 2007 DEBT TO TOTAL ASSETS
PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk
(Dinyatakan dalam jutaan rupiah)
KETERANGAN
|
2007
| |||
I
|
II
|
III
|
IV
| |
total hutang
|
Rp. 7.210.171
|
Rp. 5.697.374
|
Rp. 5.924.573
|
Rp. 6.904.934
|
total aktiva
|
Rp. 75.705.014
|
Rp. 80.016.741
|
Rp. 76.784.958
|
Rp. 82.058.760
|
debt to total assets
|
0,10 %
|
0,07 %
|
0,08 %
|
0,08 %
|
Rasio total hutang dengan total aktiva pada data triwulan yang berakhir dibulan Maret sampai triwulan yang berakhir dibulan Desember tahun 2007. Pada data triwulan pertama yang berakhir dibulan Maret sebesar 0,10 % artinya setiap Rp. 1,- total aktiva dapat dijamin oleh total hutang sebesar Rp. 0,0010,-. Pada triwulan yang berakhir dibulan Juni mengalami penurunan sebesar 0,07 % artinya setiap Rp. 1,- total aktiva dapat dijamin oleh total hutang sebesar Rp. 0,0007,-. Pada triwulan yang berakhir dibulan September mengalami peningkatan sebesar 0,08 % artinya setiap Rp. 1,- total aktiva dijamin oleh total hutang sebesar Rp. 0,0008,-. Pada triwulan yang berakhir dibulan Desember tidak mengalami perubahan dan tetap sebesar 0,08 % artinya total aktiva dijamin oleh total hutang sebesar Rp. 0,0008,-. Secara umum total hutang dibagi total aktiva pada PT.TELKOM perusahaan mengalami likuid,karena rasionya kurang dari 200 %. Meskipun ditriwulan yang berakhir dibulan Desember tahun 2007 tidak mengalami perubahan perusahaan tetap mengalami likuid.
LAPORAN TRIWULAN TAHUN 2007 PUTARAN PERSEDIAAN
PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk
(Dinyatakan dalam jutaan rupiah)
KETERANGAN
|
2007
| |||
I
|
II
|
III
|
IV
| |
harga pokok penjualan
|
Rp. 276
|
Rp. 308
|
Rp. 3.331
|
Rp. 3.831
|
rata-rata persediaan
|
Rp.103.583,5
|
Rp. 102.131
|
Rp. 101.232,5
|
Rp. 105.720,5
|
putaran persediaan
|
0,002 %
|
0,003 %
|
0,033 %
|
0,036 %
|
Rasio harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan pada data triwulan yang berakhir dibulan Maret sampai triwulan yang berakhir dibulan Desember tahun 2007. Pada data triwulan pertama yang berakhir dibulan Maret sebesar 0,002 % artinya setiap Rp. 1,- rata-rata persediaan dapat dijamin oleh harga pokok penjualan sebesar Rp. 0,00002,-. Pada triwulan yang berakhir dibulan Juni mengalami peningkatan sebesar 0,003 % artinya setiap Rp. 1,- rata-rata persediaan dapat dijamin oleh harga pokok penjualan sebesar Rp. 0,00003,-. Pada triwulan yang berakhir dibulan September mengalami peningkatan sebesar 0,033 % artinya setiap Rp. 1,- rata-rata persediaan dijamin oleh harga pokok penjualan sebesar Rp. 0,0008,-. Pada triwulan yang berakhir dibulan Desember mengalami peningkatan sebesar 0,036 % artinya rata-rata persediaan dijamin oleh harga pokok penjualan sebesar Rp. 0,0008,-. Secara umum harga pokok penjualan dibagi rata-rata persediaan pada PT.TELKOM perusahaan mengalami likuid,karena rasionya kurang dari 200 %. Meskipun ditriwulan yang berakhir dibulan Desember mengalami peningkatan perusahaan tetap mengalami likuid.
JANGKA WAKTU PERSEDIAAN = Rata-rata persediaan / Rata-rata harga pokok penjualan per hari
LAPORAN TRIWULAN TAHUN 2007 JANGKA WAKTU PERSEDIAAN
PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk
(Dinyatakan dalam jutaan rupiah)
KETERANGAN
|
2007
| |||
I
|
II
|
III
|
IV
| |
rata-rata persediaan
|
Rp. 103.583,5
|
Rp. 102.131
|
Rp. 101.232,5
|
Rp. 105.720,5
|
rata-rata HPP perhari
|
Rp. 9,2
|
Rp. 10,3
|
Rp. 111
|
Rp. 127,7
|
jangka waktu persediaan
|
Rp. 11.259,08
|
Rp. 9.015,63
|
Rp. 912.005
|
Rp. 827,88
|
Rasio rata-rata persediaan dengan rata-rata HPP perhari pada data triwulan yang berakhir dibulan Maret sampai triwulan yang berakhir dibulan Desember tahun 2007. Pada data triwulan pertama yang berakhir dibulan Maret sebesar Rp. 11.259,08,-. Pada triwulan yang berakhir dibulan Juni mengalami penurunan sebesar Rp. 9.015,63,-. Pada triwulan yang berakhir dibulan September mengalami penurunan sebesar Rp. 912.005,-. Pada triwulan yang berakhir dibulan Desember mengalami penurunan sebesar Rp. 827,88. Secara umum rata-rata persediaan dibagi dengan rata-rata HPP perhari pada PT.TELKOM perusahaan mengalami likuid.
PUTARAN PIUTANG = Penjualan kredit bersih / Saldo rata-rata piutang
LAPORAN TRIWULAN TAHUN 2007 PUTARAN PIUTANG
PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk
(Dinyatakan dalam jutaan rupiah)
KETERANGAN
|
2007
| |||
I
|
II
|
III
|
IV
| |
penjualan kredit bersih
|
Rp. 138
|
Rp. 154
|
Rp. 1.665,5
|
Rp. 1.915,5
|
saldo rata-rata piutang
|
Rp. 5.370.143,5
|
Rp. 6.062.522,5
|
Rp. 5.794.027,5
|
RP. 5.592.460
|
putaran piutang
|
0,026
|
0,025
|
0,029
|
0,034
|
Rasio penjualan kredit bersih dengan saldo rata-rata piutang pada data triwulan yang berakhir dibulan Maret sampai triwulan yang berakhir dibulan Desember tahun 2011. Pada data triwulan pertama yang berakhir dibulan Maret sebesar Rp. 0,026,-. Pada triwulan yang berakhir dibulan Juni mengalami penurunan sebesar Rp. 0,025,-. Pada triwulan yang berakhir dibulan September mengalami peningkatan sebesar Rp. 0,029,-. Pada triwulan yang berakhir dibulan Desember mengalami peningkatan sebesar Rp. 0,034,-. Secara umum penjualan kredit bersih dibagi dengan saldo rata-rata piutang pada PT.TELKOM perusahaan mengalami likuid.
4.3 Rekomendasi Perbaikan Kinerja PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
Rekomendasi perbaikan kinerja PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sesuai dengan rumusan masalahnya yaitu “Bagaimanakah efektivitas dan efisiensi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dalam menggunakan rasio likuiditas, solvabilitas, dan aktivitas”. Yang harus perusahaan lakukan yaitu harus melakukan proses kehati-hatian pada perusahaan yang tidak likuid dan harus lebih meningkatkan kembali jumlah piutang. Dengan meningkatkan jumlah piutang dan menggunakan proses kehati-hatian tersebut perusahaan akan mengalami likuid.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dengan hasil perhitungan tingkat rasio likuiditas dan solvabilitas terhadap laporan keuangan PT.Telekomunikasi Indonesia,Tbk pada periode 2007 hingga periode tahun 2011 maka penulis menyimpulkan, bahwa :
Jika dilihat dari tingkat likuiditasnya, perusahaan PT Telekomunikasi termasuk kedalam perusahaan yang likuid. Dikarenakan persentase yng dicapai kurang dari 200% atau persentase yang ideal. Dilihat dari tingkat solvabilitas, perusahaan ini termasuk perusahaan yang solvabel karena dapat memenuhi kewajiban jangka panjang dan jangka pendeknya. Dilihat dari tingkat aktivitasnya, perusahaan sudah cukup baik dalam menghasilkan laba dan penagihan piutangpun berjalan efektif.